akuu

akuu

Jumat, 13 Agustus 2010

MONYET









aku suka banget hewam monyet lho , hhee


Monyet Jenis Baru Ditemukan di Amazon Brazil

ImageRIO DE JANEIRO – Para peneliti telah menemukan suatu sub spesies monyet baru di sebuah wilayah terpencil hutan hujan Amazon, kata sebuah grup konservasi satwa liar yang bermarkas di AS pada Selasa (7/7) lalu. Monyet yang baru saja ditemukan itu pertama kalinya ditemukan oleh para ilmuwan pada tahun 2007 di Amazona Brazil dan berhubungan dengan monyet-monyet tamarin punggung sadel, yang diketahui dari punggung mereka yang bertanda khusus, kata Wildlife Conservation Society (WCS)

Monyet kecil tersebut, yang kebanyakan berwarna cokelat kelabu dan berberat 213 gram, telah diberi nama tamarin Mura punggung sadel setelah suku bangsa Mura Indian dari lembah sungai Purus dan Madeira ditemukan sebagai sub spesies baru.

Tingginya sekitar 240 milimeter dengan ekor sepanjang 320 milimeter.

“Monyet yang baru saja dijelaskan menunjukkan bahwa bahkan hingga saat ini masih ada penemuan-penemuan utama satwa liar,” kata Fabio Rohe, ketua peneliti mengkonfirmasi penemuan baru tersebut, dalam sebuah pernyatan yang dikeluarkan oleh WCS.

Penelitian itu menemukan bahwa monyet tersebut telah terancam oleh proyek-proyek pembangunan di daerah itu, termasuk sebuah jalan raya utama yang sedang diaspal melintasi hutan itu dan deforestasi bahan bakar.




"Tarsius Spectrum", Primata Terkecil Terdapat Di Sulut
------------------------------------------------------

Primata (jenis monyet) terkecil di dunia ini namannya Tarsius. Tarsius
Spectrum ini, hanya ada di wilayah Sulawesi, antara lain di Selatan maupun
utara. Di Sulut, tarsius ini ada di Bitung, yaitu di Cagar Alam Tangkoko.

Tak ada negara mana pun di dunia yang memiliki Tarsius ini. Sehingga,
masyarakat Manado, Sulut, membanggakannya seperti membanggakan Pulau
Bunaken dengan kekayaan bawah lautnya yang begitu menawan.

Jika ke Manado dan sudah ke Bunaken, tak rugi menambah deretan objek
wisatanya dengan berkunjung ke Tangkoko ini, untuk berkenalan dengan si
Tarsius. Mengamati wajahnya, tampak perpaduan dari berbagai binatang yang
mungkin sudah dikenal sebelumya, misalnya saja sepintas mirip koala,
kus-kus, atau juga melihat matanya yang besar mirip burung hantu.

Terkadang juga mengingatkan mahkluk kecil mengerikan bernama Gremlin
dalam film berjudul serupa. Alapagi kalau mulutnya yang lebar menyeringai
memperlihatkan susunan giginya yang bertaring tajam. Dan, apabila melihat
sosoknya yang kecil, bakal membuat orang yang melihat begitu gemas. Rasanya
ingin ditenteng-tenteng dan digantung-gantung di bawa kemana-mana.

Tetapi, sampai saat ini tarsius tak bisa seenaknya ditangkap atau
diperjualbelikan. Malah masuk dalam daftar hewan yang dilindungi secara
keras dan betul-betul harus dilestarikan keberadaannya. Karena memang
merupakan salah satu kekayaan alam yang hanya ada di bagian wilayah
Indonesia itu.

Sesungguhnya, tidak aneh apabila binatang tarsius hanya ada di wilayah
Sulawesi. Sebab provinsi yang terletak Di Indonesia bagian timur itu memang
selama ini dikenal paling komplet memiliki hewan primata (jenis monyet).
Yang membuta Sulawesi banyak punya koleksi primata tentu saja karena
letaknya yang tepat diantara garis Wallace, yaitu garis pemisah antara
Benua Asia dan Australia.

Karena letaknya itulah maka banyak binatang secara alamiah berevolusi
dengan alam, atau tetumbuhan yang ada.

Maka, untuk jenis hewan monyet, muncul yang berwarna putih seperti
Anoman dalam kisah pewayangan, juga ada yang berwarna kuning. Pendek kata,
sangat beragam, sehingga muncul pula jenis yang dinamakan Tarsius ini. Dia
digolongkan ke dalam jenis primata, sebab, secara morfologi memang
mempunyai ciri-ciri seperti dimiliki oleh umumnya binatang jenis monyet.
Punya ekor, tubuhnya dipenuhi bulu dan bentuk jari-jari tangan dan kakinya
persis monyet.

Menurut Yudha, anggota dari Biological Science Club yang antara lain
meneliti hewan primata ini, Tarsius agak berbeda dengan primata lainnya
hanya dalam soal makan. Umumnya binatang primata memakan tumbuhan dan
buah-buahan. Monyet, umumnya dikenal makan pisang, kacang dan buah lainnya.
tetapi Tarsius lebih senang jika diberi makan serangga ketimbang buah atau
tumbuhan.

Hal ini dibenarkan Ny Jeffalin Mika Gumolang SH pemilik Tarsius. Ibu dua
anak yang tahun 1994 baru saja memperoleh penghargaan Kalpataru dari
Presiden Soeharto dalam kapasitasnya sebagai pelestari satwa itu mengatakan
Tarsius yang dipeliharannya itu gemar memakan serangga dan cecak.

Tarsius dan 32 jenis hewan lain yang dipeliharannya, banyak yang dilepas
begitu saja di rumahnya yag seluas 5 hektar persis di tepi pantai di
Bitung. Jika siang hari Tarsius lebih senag mendekam di kandang dan
terlindung dari sinar matahari. Tarsius memang termasuk binatang malam.
Karena itu, menurut Yudha, jika malam hari tiba, bulatan hitam dimatanya
melebar. Maka pandangan matanya pun menjadi tajam, sanggup menembus
kegelapan seperti Vampire atau juga paniki (kalong, kelelawar).

Kendati di sejumlah kebun binatang di Indonesia sudah mempunyai koleksi
Tarsius, tetapi kalau sudah sampai di Manado, memang lebih asyik melihat
langsung ke habitat Tarsius yaitu Cagar Alam Tangkoko itu, Tetapi
terkadang, di cagar alam justru sulit menemukannya. Apalagi di siang hari
binatang imut-imut ini lebih suka menyembunyikan dirinya.

Maka, salah satu alternatifnya dengan mendatangi rumah Ny. Gumolang di
Bitung. Karena di tenagh-tengah kebu kelapanya, ia memelihara banyak
binatang dn salah satu yang menjadi daya tarik tentu saja Tarsius. Penerima
Kalpataru ini mengaku sehari bisa menghabiskan uang minimal Rp 100 ribu
untuk membeli aneka makanan bagi binatang peliharaannya, termasuk Tarsius.
Ia membeli cecak atau serangga untuk Tarsiusnya perekor Rp 100.

Karena kecintaanya yang begitu dalam terhadap satwa, ia rela
mengeluarkan banyak dana perbulannya untuk binatang-binatang itu yang kalau
sudah berkembang biak juga dilepaskannya ke alam bebas, habitat mereka.
Begitu pula Tarsius. Menurut Ny Gumolang ia telah banyak melepas hewan
tersebut ke habitatnya di Tangkoko.

Menurut Yudha, Tarsius memanag termasuk binatang yang mudah berkembang
biak. Sementara itu, di rumah Ny Gumolang yang dikelilingi satwa itu, hampir
setiap hari dikunjungi orang, termasuk para peneliti dari berbagai negara
maupun LIPI Bogor. "Berapa kali sehari Tarsius ini kencing Bu?" begitu
salah satu pertanyaan yang dilontarkan kaum peneliti.

Maklum, namanya peneliti atau kaum ilmiah, tentu segala sesuatu ditanya
secara rinci. Ketimbang harus berkemah di cagar alam untuk mengamati
kehidupan Tarsius siang dan malam, maka tentulah lebih gampang bertanya
apa saja pada si empunya Tarsius, begitulah barangkali pertimbangannya.



Kera-Kera Kreo


Apabila anda di Kota semarang, kurang lebih 45 menit dari kota arah selatan, ada satu obyek wisata yang sering di kunjungi warga semarang dan sekitarnya. Selain goa dan bentang alam, potensi wisata di tengah kota ini adalah keberadaan Monyet ekor panjang (orang lebih mengenal kera ekor panjang, padahal antar monyet dan kera adalah berbeda). Inilah jenis monyet yang menurut saya sangat cerdas, mampu cepat beradaptasi dalam kondisi apapun. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), tersebar di seluruh Asia Tropis.

Menurut Supriatna dan Wahyono (2001), ada 4 subjenis dari monyet ekor panjang berdasarkan distribusinya di Indonesia yaitu : Macaca fascicularis fascicularis; mulai daratan Vietnam, Kamboja, Thailand, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, hingga Pulau Timur., Macaca fascicularis fusca di Pulau Simalue Sumatera; Macaca fascicularis karimunjawae, di pulau Karimunjawa Jawa Tengah, dan Macaca fascicularis lasiae, tersebar di Pulau Lasia, di samudra hindia sebelah barat Pulau Sumatera.
Monyet ekor panjang sangat umum di jumpai daerah pantai hingga pegunungan, dimana sangat menyukai habitat hutan mangrove, hutan pantai, di sekitar sungai dan rawa-rawa, termasuk di tengah kota hidup bersama-sama dengan manusia. Kemampuan beradaptasi yang tinggi terhadap perubahan habitat, menyebabkan monyet ini mampu bertahan hidup dan berkembang biak, di tengah-tengah habitat manusia, bahkan sering kali menyebabkan konflik antara monyet ekor panjang dan manusia. Keberadaan Macaca fascicularis sering kali di anggap merugikan oleh manusia, karena merusak tanaman.Kadang juga menjadi obyek menarik,lucu dan menggemaskan. Cerdas juga,karena mampu di latih, diberdayakan untuk menghibur seperti yang dimanfaatkan untuk pertunjukan topeng monyet.
Beberapa lokasi wisata di negeri ini juga menggunakan monyet ekor panjang sebagai daya tarik khusus terhadap wisatawan, sepert di Sangeh bali yang sangat terkenal. Goa Kreo di Semarang juga demikian,keberadaan monyet ini juga menjadi dayatarik wisata tersendiri. Terlepas dari potensi ekonomi keberadaan monyet di obyek wisata, satu hal yang lebih penting adalah pertimbangan ekologis juga seharusnya menjadi prioritas dalam pengelolaan satwaliar yang terus berinteraksi dengan manusia.
Pertimbangan lain adalah adanya potensi transmisi penyakit dari monyet ke manusia, melalui kontak langsung ataupun tidak langasung (seperti kotoran atau feses). Selain bau juga sangat mungkin kotoran-kotoran ini juga mengandung penyakit yang mudah menyebar ke manusia. Oleh karena itu kontrol terhadap populasi terkait penyakit juga perlu di investigasi dalam populasi yang sering berinteraksi dengan manusia.
Penanganan habitat, adalah mutlak untuk jangka panjang, karena monyet ini terus berkembang biak, apalagi kalau supply makanan melimpah. Meskipun monyet ini adalah jenis terrestrial, namun masih perlu vegetasi pepohonan untuk pelindung dan tempat istirahat. Kesadaran konservasi masyarakat yang berinteraksi langsung dengan monyet dan habitatnya mutlak di perlukan untuk hidup bersama monyet agar hubungan saling menguntungkan juga bisa lestari.
Berikut tautan terkait dengan monyet ekor panjang.
1. Status IUCN monyet ekorpanjang
2. Penelitian terkait penyakit dari monyet dan penularannya ke manusia, disini dan disini.
3. Monyet Goa Kreo

Dimana saja, biasanya, monyet pasti takut air, tetapi yang ini lain ceritanya.
Monyet di Nagano, salah satu daerah paling dingin di Jepang, adalah jenis monyet yang menyukai onsen ( air panas alami ) yang banyak terdapat di sana.

Monyet Mandi Ada beberapa spot yang memang jadi “private onsen” untuk primata ini dan kalau anda kebetulan ada disana, bisa melihat kebiasaan mereka ini secara dekat, karena itu tidak dilarang. Kecuali menyentuh dan memberi makan! Dame!

Monyet Mandi Kebiasaan ini menjadi salah satu daya tarik daerah ini selain atraksi utama tahunan yang memang sangat menarik tamu- tamu mancanegara, ski.
Cara mereka duduk berendam dan menikmati air hangat dalam onsen ini, “rasa santai dan puasnya kenikmatan ini” persis seperti manusia. Sangat lucu!
Monyet Mandi Monyet-monyet ini menjadi selebriti, seperti dilihat dari meningkatnya jumlah pengunjung asing onsen-onsen pada musim dingin, dengan alasan utama untuk melihat monyet berendam di onsen !
Letak daerah ini yang dekat dengan tokyo, menjadikannya salah satu yang paling diserbu pada liburan musm dingin oleh para orang asing yang tinggal dan bekerja di Tokyo.

Monyet Mandi Monyet Mandi Monyet Mandi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar